Senin, 14 Desember 2015

Penjelasan Ujian Nasional Berbasis Komputer Oleh Kemdikbud

Pelaksanaan Ujian Nasional semakin dekat, namun mungkin masih ada siswa calon peserta ujian yang masih belum begitu faham dengan pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer, yang baru pertama kali akan dilaksanakan ini.
Berikut ini kami sampaikan penjelasan mengenai pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer, yang disajikan dalam format tanya jawab.
Penjelasan dengan format Tanya jawab ini kami peroleh dari halaman (FP) resmi kemdikbud.
Penjelasan mengenai ujian nasional berbasis komputer 2015
Tanya Jawab mengenai Ujian Nasional berbasis komputer | FB kemdikbud

 UN berbasis komputer (Computer Based Test – CBT) dilaksanakan diseluruh sekolah atau hanya sebagian?
Ujian Nasional  UN berbasis komputer (Computer Based Test – CBT) dilaksanakan hanya  pada sekolah yang sudah siap melakukannya. Siap dari segi infrastruktur, guru, teknisi, maupun siswanya.
Bagaimana saya bisa tahu sekolah saya termasuk dalam sekolah yang mengikuti UN berbasis komputer?
Sekolah yang telah diverifikasi oleh panitia pusat dan dinilai siap telah ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) selaku ketua panitia pelaksana UN.
kalau sekolah tidak ada dalam daftar yang ditetapkan berarti sekolah tersebut belum melaksanakan UN berbasis komputer.
 Apa yang menjadi pertimbangan sebuah sekolah dijadikan perintis UN berbasis Komputer?
Ada beberapa pertimbangan :
  • Rasio komputer-siswa minimal 1:3 (jumlah komputer 1/3 dari jumlah siswa peserta ujian)
  • Tersedia server minimum 1:40 (1 server bisa melayani 40 unit komputer)
  • Ada backup daya seperti Uninterruptible Power Supply (UPS) atau genset
  • Ada jaringan lokal (Local Area Network atau LAN)
  • Ada teknisi (pranata komputer) Guru Teknologi Informatika Komputer (TIK) dan pengawas ujian berbasis komputer (proktor)
  • Siswa dan orang tua mendukung atau tidak menolak
Apakah soal UN berbasis komputer sama dengan UN berbasis kertas?
Soal UN berbasis komputer serupa dengan UN berbasis kertas (PBT). Kisi-kisinya sama, bentuk soalnya sama, tingkat kesulitannya sama, tapi soalnya berbeda.
Baik berbasis kertas maupun berbasis komputer sama-sama soal pilihan ganda.
Ada berapa macam soal dalam UN berbasis komputer?
Macam soalnya banyak dan diacak, sehingga siswa tidak perlu kuatir akan terjadi contek mencontek.
Apakah ada perbedaan kualitas bobot soal antara UN berbasis komputer dengan UN berbasis kertas?
Bobot soal UN berbasis kertas dan UN berbasis komputer sama.
Apakah nilai UN berbasis komputer dan UN berbasis kertas memilliki proporsi yang sama untuk masuk kejenjang pendidikan yang lebih tinggi?
Karena kisi-kisi sama, bobot soal sama, kesulitan sama, penggunaannya pun tidak dibedakan.
Apakah dalam mengerjakan soal UN berbasis komputer, saya bisa kembali mengerjakan soal di nomor-nomor sebelumnya?
Misalnya saya sudah mengerjakan sampai soal nomor 20, lalu mau kembali mengerjakan soal nomor 5, apakah bisa?
Perpindahan nomor soal yang dikerjakan pada UN berbasis komputer dengan mudah dapat dilakukan. Siswa bisa maju mundur nomor soal, maupun meloncat kenomor soal lain.
Navigasi soal dikomputer sangat mudah, tinggal memilih nomor soal. Nomor soal yang sudah dikerjakan akan muncul dengan tanda dan warna yang berbeda.
Apakah pada sa’at selesai mengerjakan soal UN berbasis komputer, saya bisa langsung mendapat hasilnya?
Hasil UN berbasis komputer akan diumumkan bersamaan dengan pengumuman UN berbasis kertas.
Pada jenjang SMA, UN berbasis komputer dan berbasis kertas dilakukan diwaktu yang berbeda, bagaimana agar UN tetap berlangsung dengan jujur?
Pada jenjang SMP dan SMK, pelaksanaan UN berbasis kertas dan berbasis komputer akan sama. Sedangkan pada jenjang SMA yang berbasis komputer, mulainya bersamaan dengan yang berbasis kertas, tetapi selesainya akan belakangan. Meskipun demikian, karena soalnya berbeda maka tidak perlu khawatir terjadi kebocoran soal.
Dimana saya bisa berlatih mengerjakan soal UN berbasis komputer?
Pada sekolah penyelenggara UN berbasis komputer sudah diinstal aplikasi UN CBT. Setiap saat siswa dapat berlatih menggunakan aplikasi tesebut, disekolah masing-masing.
Bagaimana dengan sekolah yang jumlah komputernya lebih sedikit dari jumlah siswa? Misalnya jumlah komputer 20 sedangkan jumlah siswa 30 orang?
Tahun ini jumlah minimum komputer yang harus dimiliki sekolah penyelenggara UN berbasis komputer adalah 1/3 jumlah siswa yang akan ikut ujian. Siswa ikut ujian secara bergantian, ada giliran pagi pukul 7.30 – 9.30. giliran kedua pukul 10.30 – 12.30. dan giliran ketiga pukul 1.00 – 16.00.
Apakah saya boleh membawa kertas buram (coret-coretan) untuk melakukan perhitungan sebelum memilih jawaban pada UN berbasis komputer?
Kertas buram akan disediakan oleh sekolah, siswa cukup membawa alat tulis dan nomor peserta ujian.
Bagaimana bila terjadi gangguan listrik pada saat pelaksanaan UN berbasis komputer?
Siswa tidak perlu khawatir. Bila terjadi gangguan listrik atau gangguan yang lain, waktu dan hasil pekerjaan siswa sudah tersimpan dalam server. Ketika gangguan listrik sudah bisa diatasi, siswa tinggal melanjutkan ke nomor berikutnya. Waktu selama listrik padam tidak dihitung.
Apakah UN berbasis komputer memerlukan koneksi internet?
UN berbasis komputer dilakukan secara offline, tidak terhubung internet. Koneksi internet hanya dibutuhkan sa’at sinkronisasi data sebelum dan sesudah ujian.

Demikian penjelasan mengenai Ujian Nasional berbasis komputer, semoga bermanfaat.

Apa itu UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER ?

Setidaknya, ada dua hal mendasar yang membedakan ujian nasional (UN) 2015 dengan UN tahun-tahun sebelumnya. Pertama, mulai 2015, hasil UN tidak menjadi penentu kelulusan, melainkan sebagai sarana pemetaaan kualitas pendidikan saja, sedangkan kelulusan diserahkan sepenuhnya kepada sekolah, karena sekolahlah yang lebih paham akan perkembangan murid. Kedua, diperkenalkannya UN berbasis komputer atau disebut computer-based test (CBT), sehingga tidak semua UN dikerjakan dalam lembar kertas.

Banyak orang—awalnya termasuk penulis sendiri—mengira CBT ini sama dengan UN daring (online), sehingga muncul kekhawatiran banyak pihak soal gangguan dari para hacker (peretas). Tapi ternyata CBT ini bukan UN online, hanya berbasis komputer saja. Pengertian online itu selalu terkoneksi dengan jaringan Internet yang luas, sehingga dapat diakses oleh banyak pihak dari mana saja. Sedangkan CBT hanya terkoneksi dengan server di sekolah itu, tidak dengan jaringan Internet secara luas sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan diganggu oleh peretas.

CBT sebetulnya sudah dilaksanakan sejak 2014. Hanya, saat itu baru khusus untuk sekolah-sekolah Indonesia yang di luar negeri. Namun pada 2015 UN komputer dicoba diterapkan pada 585 sekolah sebagai rintisan dari total 79.429 SMP/SMA/SMK yang ada.

Secara konseptual, CBT bermanfaat meningkatkan mutu, fleksibilitas, dan untuk keandalan UN karena meminimalkan praktek menyontek. Dari segi waktu, pelaksanaan ujian dapat dilakukan secara bergiliran; memperlancar proses pengadaan UN karena tidak perlu mencetak dan mendistribusikan soal yang memerlukan waktu dan biaya besar; serta memberikan hasil yang lebih cepat dan detail kepada siswa, orang tua, dan sekolah.

UN berbasis komputer ini sesungguhnya hanya mengakomodasi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang ada di masyarakat. Anak-anak sejak usia SD telah banyak yang mengenal smartphone. Hanya, selama ini produk teknologi tersebut lebih banyak berfungsi rekreatif, lalu oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dimanfaatkan untuk lebih produktif, yaitu untuk mengerjakan soal UN.

Memang diperlukan persyaratan tertentu untuk dapat melaksanakan CBT ini, antara lain jaringan listrik yang andal, rasio jumlah komputer dengan siswa 1:3, serta memiliki guru IT. Tapi yang tidak kalah penting adalah kesiapan mental guru maupun murid. Infrastruktur fisik lengkap namun kalau mental guru dan murid tidak siap, juga tidak bisa dilaksanakan.

Sebagai rintisan, tidak terelakkan bahwa ada masalah dalam pelaksanaan CBT, terutama menyangkut soal keandalan jaringan listrik dan komputer. Kasus tertundanya uji coba CBT di Kota Tangerang (6 April 2015) lalu adalah contohnya. Tapi hambatan tersebut tidak boleh mengendurkan semangat memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai sarana tes akhir.

Namun UN berbasis komputer tak harus dipaksakan. Di perkotaan Jawa yang listriknya jarang mati, UN berbasis komputer mungkin dapat dilaksanakan di banyak sekolah, tapi di daerah-daerah luar Jawa yang listriknya sering biarpet, tentu CBT tidak bisa dilaksanakan. Dengan kata lain, kunci sukses CBT bergantung pada sinergi Kemendikbud serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.